Menyesuaikan PSBB, Berikut 3 Model Pelatihan Persiapan PON XX/2021
PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar ditujukan untuk memutus rantai penyebaran virus. Namun ternyata hal tersebut berdampak pada banyak perubahan di berbagai bidang, mulai dari bidang ekonomi, keuangan, bahkan regime pelatihan persiapan PON 2021 di Papua mendatang. Menurut berita, para atlet akan melakukan persiapan PON XX/2021 dalam tiga kategori model pelatihan. Berikut adalah informasi lebih lanjutnya.
Work From Home (WFH) Berlatih Mandiri Dengan Pantauan Melalui Video Call

Di tengah wabah Covid 19 yang kian parah ini, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) memutuskan untuk memberikan kesempatan bagi para atlet untuk berlatih secara mandiri. Di bawah nama WFH (work from home) atau bekerja dari rumah, pelatihan akan dilakukan secara bersamaan namun dalam daerah yang berbeda. Hal ini ditujukan untuk terus memberi bimbingan dan juga pemantauan yang tepat pada setiap peserta.
Work from home sendiri berlaku untuk 28 cabang olahraga tertentu saja. Cabor tersebut adalah mereka yang tidak memerlukan atau bisa melakukan pelatihan secara terpisah. Namun demikian, tidak semua atlet berkesempatan untuk berlatih dengan metode ini. Work from home hanya diperuntukkan bagi para atlet yang tinggal di zona merah. Para atlet yang tidak bisa keluar atau masuk ke suatu kota akan diizinkan untuk berlatih secara mandiri.
Penerapan sistem pelatihan PON XX/2021 ini telah dijalankan sejak bulan April 2020. Model work from home dan juga desentralisasi dilakukan dengan ide yang menggaris bawahi model puslatda atau Pemusatan Latihan Daerah. Namun perlu diketahui bahwa metode ini bisa saja berlanjut atau terhenti bergantung dengan anggaran dan juga kondisi atlet. Menurut berita, para atlet lebih berfokus menjalani WFH selama tiga bulan yakni dari April – Juni.
Berkaitan dengan anggaran, bisa dikatakan bahwa penerapan sistem WFH dan lainnya akan berpengaruh pada uang saku dan biaya tambahan lainnya. Berdasarkan pemaparan yang kami peroleh dari berita fokus jabar, tim pelatda Pon XX KONI Jawa barat akan memberikan anggaran sebesar Rp 1,250.000 sebagai uang saku bagi para atlet. Tidak hanya itu, pelatda juga akan berikan uang sebesar 1 juta per bulannya untuk biaya suplemen. Hal ini tentunya akan berefek besar pada anggaran negara untuk pelatihan atlet pon 2020.
Desentralisasi – Berlatih Bersama Namun Tidak Tinggal Di Satu Lokasi
Kendati PON 2020 diundur hingga 2021, namun puslatda tetap dikejar untuk siapkan tiap atlet PON XX/2021. Dalam hal ini, KONI mengusahakan pencegahan penyebaran virus Covid 19 sebagai poin terpenting. Karena itulah diberikan metode WFH dan desentralisasi. Konsep ke dua sistem ini mirip, dimana para atlet diberi kesempatan untuk berlatih secara mandiri. Sistem ini berjalan dengan cara pelatih tidak ada di suatu tempat namun pelatihan tetap berjalan bersama.
Yang membedakan adalah desentralisasi akan mengajak para atlet untuk pulang bersama ke rumah masing – masing guna mengikuti peraturan PSBB yang berlaku. Meski demikian, atlet PON XX akan tetap latihan bersama meski tidak dinaungkan pada satu lokasi saja. Para atlet akan dipulangkan dan diberikan layanan akomodasi sebanyak 12 kali sebulan. Akomodasi ini digunakan untuk memodali setiap latihan yang dilakukan setiap seminggu tiga kali.
Secara garis besar, pelatihan jenis ini hanya akan digelar di kabupaten dan kota yang tidak berada di zona merah. Dengan kondisi tersebut, atlet akan jalani latihan secara bersamaan pada suatu lokasi. Namun bukan berarti para peserta PON XX/2021 akan tinggal di suatu tempat yang sama. Atlet akan diberi izin untuk pulang ke rumah masing masing, atau tinggal di akomodasi berupa asrama atau penginapan yang berbeda.
Sama halnya dengan WFH, desentralisasi tersedia dan diberikan untuk 28 cabang olahraga dengan kriteria tertentu. Cabang tersebut haruslah jenis olahraga dimana pertandingan bisa dilakukan untuk sedikit nomor PON XX, namun setiap nomor tersebut memiliki jumlah atlet yang banyak. Dari penjelasan tersebut Anda bisa menyimpulkan bahwa olahraga tim dengan anggota besar adalah cabor yang pelatihannya bisa dilakukan secara WFH dan desentralisasi.
Contoh dari cabang olahraga tersebut adalah sepak bola, bola tangan, bola basket, voli, dan juga hoki. Para atlet dari setiap tim bisa melakukan pelatihan mandiri atau berada di daerah berbeda karena tidak perlu bertemu dengan pelatih secara langsung. Meski dihadapkan dengan pilihan yang sulit dan juga risiko penularan Covid, KONI mengatakan bahwa sistem baru ini tidak memutus rasa percaya diri dan semangat atlet.
Dalam hal penganggaran biaya PON XX/2021 berupa uang saku, suplemen dan kebutuhan lainnya, para atlet desentralisasi akan mendapat bagian yang sama dengan WFH. Namun, akan ada tambahan uang makan sebesar 50 ribu yang diberikan pada tiap atlet per latihan. Akan tetapi, perlu diperhitungkan juga bahwa biaya yang diberikan tersebut akan sangat bergantung dengan model latihan yang dijalani dan juga kemampuan anggaran yang dimiliki KONI daerah.
Sentralisasi – Berlatih Dan Tinggal Di Satu Lokasi Yang Sama

Pelatihan PON terakhir adalah mode sentralisasi yang tersedia untuk para atlet yang tinggal di zona aman. Pada sistem ini, atlet akan berlatih seperti pada umumnya. Tinggal di suatu lokasi yang sama dan juga berlatih di tempat yang sama pula. Namun semua kegiatan masih dilakukan dengan prosedur PSBB yang benar untuk menjaga kesehatan atlet bersangkutan. Cara ini hanya berlaku untuk total 25 cabang olahraga tertentu saja.
Cabor tersebut adalah olahraga yang menurunkan banyak nomor pertandingan dengan jumlah atlet yang relatif sedikit. Atau Anda bisa menyebut jenis olahraga PON XX/2021 perorangan seperti gulat, renang, pencak silat, dll. Bagi para atlet yang ikut sentralisasi akan diberi uang makan sebesar 100 ribu untuk setiap kali latihan beserta dengan tunjangan lainnya. Namun ketiga sistem tersebut akan mengikuti anggaran dan juga kondisi pandemi ke depannya.
Ketiga cara pelatihan tersebut dilakukan demi memenuhi aturan PSBB pada setiap daerah di Indonesia. Setiap model tersebut memiliki anggaran dan juga kriteria cabor yang berbeda. Berdasarkan pemaparan yang kami peroleh dari berita Fokus Jabar, model tersebut juga akan disesuaikan dengan anggaran, potensi setiap cabang, dan juga asal atlet. Jika Anda tertarik untuk membaca informasi lebih lengkap, kunjungi https://fokusjabar.id/.