Tari Sekapur Sirih Khas Indonesia

 

Sekapur Sirih adalah nama tarian dari Provinsi Jambi. Tarian tersebut banyak ditemukan pada daerah lain di Sumatra. Sekapur sirih terkenal digunakan untuk menyambut tamu terhormat di daerah desa atau kota. Tarian ini sering disertai oleh para pejuang pencat silat yang secara seremonial membersihkan area roh-roh jahat sebelum para tamu masuk. Setelah tarian para tamu ditawari kacang sirih yang dibungkus dengan daun sirih dan juga memiliki beberapa bahan lain yang ditambahkan ke paket, akan dianggap roh-roh halus sudah tidak bisa masuk.

 

Merupakan suatu kehormatan untuk diberikan salah satu kacang ini untuk dikunyah bagi tamu. Kota Jambi memiliki dua monumen yang menggambarkan penari sekapur sirih. Tarian ini adalah salah satu tarian yang paling sering ditampilkan di bandara, di jalan menuju kota. Lokasi satelit monumen ini dapat ditemukan dengan mengklik tautan ini.

 

Tarian ini juga diberikan simbol berbentuk monumen sekapur siri. Monumen ini dapat ditemukan di sisi barat jembatan makalam, di tengah bundaran kota. Lokasi itu dapat ditemukan dengan mengecek GPS. Banyak orang yang telah melihat tarian ini dan telah menikmati mengunyah daun sirih beberapa kali. Tarian ini juga berhasil memikat turis asing. Tidak sedikit masyarakat yang menunggu momen diadakannya tarian ini karena selain keseruannya, tarian ini memiliki banyak sekali kepercayaan dalam membersihkan diri.

 

Tarian tradisional sekapur sirih yang merupakan tarian selamat datang dari Provinsi Jambi dan Riau, Indonesia memiliki gerak lambat dan halus yang diiringi oleh instrumen tradisional untuk menyambut para tamu kehormatan. Perpaduan tersebut sangat pas untuk menghibur para tamu. Gerakan tarian menunjukkan sikap hati yang rendah hati dari penduduk asli ketika menyambut para tamu. Tarian sekapur sirih sebagian besar dihadirkan oleh 9 penari, yang dibagi oleh 3 penari pria, 1 orang payung dan 2 penjaga. Para penari menggunakan sifat-sifat tertentu seperti Cerano atau tabung yang berisi daun sirih, payung, dan keris atau belati tradisional. Bentuk pakaian yang digunakan oleh penari adalah baju kurung atau pakaian tradisional dari Jambi. Sedangkan instrumennya diambil dari musik tradisional Melayu yang meliputi biola, harpa, akordion, rebana, gong dan gendang.